Tuesday, February 18, 2014

another undelivered message to you

Hey, apa kabarmu?
How’s life?
Apakah ia menyusahkanmu? Semoga tidak ya. Aku tau kok, kamu bukan tipe yang gampang kalah dari si hidup. Kalau dia menyusahkanmu, kamu pasti punya segala cara buat bikin hidup merasa kamu itu lawannya yang tangguh.
How’s your new job and your new office?
Kerasankah di tempat yang baru? Ah, semoga dan sepertinya begitu. 
By the way, aku baru saja melihat dinding social mediamu. Satu-satunya penghubung tempat aku mencari tahu bagaimana kabar kamu. Ada foto kamu bersama teman-temanmu. Teman-temanmu cantik-cantik ya. Tadi aku mengintip sedikit profile mereka, sambil mengira-ngira mana yang pada akhirnya akan kamu pilih untuk mengisi hatimu menggantikanku.
Eh salah, rasa-rasanya toh aku juga tidak pernah benar-benar berada disana kan? Di hatimu itu.
Ah well, aku rasa aku cuma sedikit cemburu. Melihatmu dengan teman-temanmu saja sudah bikin hatiku haru biru. Bagaimana nanti aku harus melihatmu bersanding dengan orang yang kau pilih untuk bersama menghabiskan sisa waktu hidup?
Tidak.
Aku tidak berani membayangkannya. Aku tidak mau membayangkannya.
Ohiya, tadi sempat kulihat juga komentar lucu dari temanmu yang cantik itu. Dia bilang kamu dari dulu sampai sekarang belum kurus-kurus juga. Lalu jawabmu, ah gapapa, yang penting kamu tetap terlihat keren.
Bener kok bener.
Percaya deh, dari dulu sampai sekarang, mau kurus mau gendut kamu tetep ganteng. 
You look good as always. :)
Setidaknya itu dimataku.
And yes, with that big smile on your chubby face, you look even better. You know exactly right, that happy looks good on you.
Dan melihat senyum kamu selebar itu, bukankah disini aku harusnya ikut bahagia juga?
Seharusnya begitu kan?
Ya kan?
:)

Tuesday, February 11, 2014

Sisterhood of Travelling Pants 3

So this is the poem we tried to make it together, in turns, and I got the honor to make the first line. :)

April
Aku tau mengapa langit malam sering menangis
Karena ia iri pada langit biru
Yang selalu bisa memeluk matahari
Yang mendekap erat, memberi hangat
Nic
Aku tau mengapa angin meniup jatuh dedaunan
Ia iri pada pohon rindang itu
Kokohnya memberi perlindungan
Andai ia bisa sekejap bersandar di bawahnya
Nda
Tak apa, aku cukup ditemani gema
Tak apa, aku cukup merengkuh hangat pasir yang terinjak
Tak apa, aku cukup bersandar pada tanah yang telanjang

Aku tau, aku paham, aku terima sebagai fakta
Bahwa aku hanya bintang yang dilupakan kala siang
Yang kalah terang dengan gemerlap menara kokoh di kala malam

Aku tau, aku paham, aku terima sebagai fakta
Bahwa rintihanku hanya mampu ditemani pantulannya di gua
Bahwa jatuhku tiada yang mampu menyangga

Nyz
Aku tau mengapa derap-derap senja terdengar fana
Karena ia lelah menapaki jejak bumi yang tua
Yang tertidur biru berselimut temaram 
Yang bersenandung parau tentang malam

Monday, February 3, 2014

Goodbye Uncle

Those we love dont go away
They walk beside us every day
Unseen, unheard, but always near
Still loved, still missed and very dear
-unknown-

Goodbye Uncle. May you rest in peace.

We'll meet again in another life, dont we?