So this is the poem we tried to make it together, in turns, and I got the honor to make the first line. :)
April
Aku tau mengapa langit malam sering menangis
Karena ia iri pada langit biru
Yang selalu bisa memeluk matahari
Yang mendekap erat, memberi hangat
Karena ia iri pada langit biru
Yang selalu bisa memeluk matahari
Yang mendekap erat, memberi hangat
Nic
Aku tau mengapa angin meniup jatuh dedaunan
Ia iri pada pohon rindang itu
Kokohnya memberi perlindungan
Andai ia bisa sekejap bersandar di bawahnya
Aku tau mengapa angin meniup jatuh dedaunan
Ia iri pada pohon rindang itu
Kokohnya memberi perlindungan
Andai ia bisa sekejap bersandar di bawahnya
Nda
Tak apa, aku cukup ditemani gema
Tak apa, aku cukup merengkuh hangat pasir yang terinjak
Tak apa, aku cukup bersandar pada tanah yang telanjang
Aku tau, aku paham, aku terima sebagai fakta
Bahwa aku hanya bintang yang dilupakan kala siang
Yang kalah terang dengan gemerlap menara kokoh di kala malam
Aku tau, aku paham, aku terima sebagai fakta
Bahwa rintihanku hanya mampu ditemani pantulannya di gua
Bahwa jatuhku tiada yang mampu menyangga
Nyz
Aku tau mengapa derap-derap senja terdengar fana
Karena ia lelah menapaki jejak bumi yang tua
Yang tertidur biru berselimut temaram
Yang bersenandung parau tentang malam
Tak apa, aku cukup ditemani gema
Tak apa, aku cukup merengkuh hangat pasir yang terinjak
Tak apa, aku cukup bersandar pada tanah yang telanjang
Aku tau, aku paham, aku terima sebagai fakta
Bahwa aku hanya bintang yang dilupakan kala siang
Yang kalah terang dengan gemerlap menara kokoh di kala malam
Aku tau, aku paham, aku terima sebagai fakta
Bahwa rintihanku hanya mampu ditemani pantulannya di gua
Bahwa jatuhku tiada yang mampu menyangga
Nyz
Aku tau mengapa derap-derap senja terdengar fana
Karena ia lelah menapaki jejak bumi yang tua
Yang tertidur biru berselimut temaram
Yang bersenandung parau tentang malam
No comments:
Post a Comment